BHINEKA SANDAL JEPIT
Remang
remang lampu kota mengajak raga ini bernostlagia di derunya semrawut lalu
lintas dan kemrosok radio di ruangan tiga kali empat meter di depan bangunan
gagah nan terhormat,aku terhenti di belahan trotoar yang di terangi lampu kota.
ku dekati bangunan yang sakral ini manusia sering menyebut dengan “KANTOR PAK
WAKIL RAKYAT”,kini di depanku persis dengan gerbang besi bercorak batik,mataku
tertuju lurus arah suara radio dan ku baca dengan tartil “SECURITY” bangunan
bergaya classic dipergagah dengan tulisan TAMU WAJIB LAPOR!! .
Ku langkahkan kakiku menuju kantor
penjagaan itu yang terbuka lebar pintunya.”permisi pak saya mau laporan saya
mau melihat lihat ke dalam kantor pak wakil rakyat”security itu beranjak dari
tempat duduknya dengan malas,menghisap rokok merek jeruk mungkin dia sariawan
dan mendekatiku dengan sorotan singa kelaparan “ tidak bisa anak muda ini jam
tujuh malam pulang sana!” “tapi saya hanya akan masuk sepuluh menit pak melihat
lihat saja tolonglah? “ namun semua sia sia permohonanku tidak di gubris lagi
security itu menutup pintu dan menggemboknya.
Aku menunduk kaku ,gelisah bagai tersambar petir hati ini ,aku berfikir
apakah geedung pak wakil rakyat haram untuk ku injak walau pelataranya saja,apakah
akan retak bila sandal jepitku yang bermerek SNI ini bersatu dengan pelataran
gedung pak wakil rakyat.apakah hanya halal untuk mereka yang bersepatu hitam
mengkilat,menenteng koper berjas,dan berdasi.Tapi mengapa mereka yang berdasi
tut wuri handayani tak boleh menginjak pula?? Oh tuhan berilah hamba cahayamu.
Lelah
berjalan jalan mengitari kota,dan kantor pak wakil rakyat,sampailah aku di
masjid di pinggir desaku.ku rebahkan tubuhku di serambi masjid.ramai bapak
bapak mengaji di dalam masjid seakan mereka sudah di tunggu izroil,ada yang
memutar tasbih,ada yang diam karena lapar,ada yang terbawa rohani hingga
menangis karena hutangnya belum lunas,masjid inilah solusinya meminta kepada
illahi sangat tenang disini tidak
seperti di gerbang kantor pak wakil rakyat oh.
Sambil duduk melepas keletihan di
serambi masjid ku sulut rokok di bibirku yang merah sambil melihat
pepohonan,bunga bunga di luar masjid yang indah. namun ku lihat di pelataran
masjid ada sesuatu yang luar biasa hingga mataku terpenjara menatapnya “luar
biasa” gumamku... lebih eksotis dari paris,lebih berseni dari mozart dan
bethoven,lebih rapi dari pasukan baris berbaris,warna warni bagai
pelangi,seribu filosofi inilah sandal jepit jamaah pengajian yang tertata rapi
di teras masjid.suatu kesatuan di balut dengan kesederhanaan,mengandung arti
gotong royong,sandal rakyat jelata tapi di sinilah kerapian bhineka tunggal
ika.
Pikiran ini melayang hampir setengah
jam memikirkan keindahan filosofi sandal jepit,yang bercap SNI.Dingin udara
mulai menggores kulit tubuhku,aku bergegas memasuki ruangan masjid untuk
mencari teman mengobrol kareana ngaji telah usai.”Assallamu’alaikum
“,”wa’alaikumsallam” jawab pak Tasman sambil menenteng ceret berisi kopi hitam
untuk di tuang di gelas gelas kosong.”Dapun dari mana kamu anak muda ..?” tanya
pak Balkan,”mencari angin malam pak melepas letih” sahutku sopan.”ku lihat dari
tadi kau termenung di serambi masjid apa yang kau lihat Dapun, Apa kau lihat
perawan desa..?? atau kau melihat sesuatu ceritalah ..?”
“hehe
tidak pak aku hanya kagum aku menemukan keistimewaan dalam kebersamaan sandal
sandal jepit yang berpasang pasang dan berwarna warni,tetapi mereka tidak
bercerai berai.selalu berjejer rapi indah sekali tak ada yang lebih mewah tak
ada sepatu yang mengkilat yang angkuh,dan seakan sandal sandal itu tersenyum
padaku “.
“Dapun,kau
tahu makna itu?”
“ah..Entahlah
semua berawal dari kantor pak wakil rakyat.....”
“apa
yang kau temui di sana..? Keharmonisan,kehormatan,kekayaan,keagungan.?”
“TIDAK!..namun
bagaikan cendrawasih dalam sangkar besi untuk menyentuhnya pun haram,padahal
mereka pemegang janji kaum sudra,pemegang amanah para kuli,tapi kalau kantor “
pak wakil rakyat” saja haram di injak kakiku bagaimana mereka tahu ngenesnya
kaum yang melarat...!!”
“Nak,bersabarlah ibarat sandal jepit yang
berjejer sandal sandal itu harus kompak,dan saling melengkapi.Dan lebih hebat
ketika sandal sandal itu di jejerkan
dengan sepatu sepatu yang mau bersatu dengan sandal jepit.bukan sepatu sepatu
angkuh yang letaknya berjauhan terpisah dengan sandal jepit.Itulah tugasmu
menjadi sepatu yang mau bercampur dengan sandal jepit alias kaum rakyat.”
Mendengar nasihat pak balkan aku dan hadirin
bertambah semangat dan takjub,semua hadirin antusias.Sambil ku sruput kopi yang
di tuang pak Tasman,ku lihat wajah bapak bapak ini merekalah peletak dasar
pemersatu,di saksikan manisnya kopi hitam di terangi singkong goreng hasil
panen pak RW di bayangi laba laba yang menggantung di kusen kusen.
Aku pulang dengan ada
pencerahan di hati dan wajah berseri, sesampai di kamar ku raih selembar kertas
dan bolpoin,ku goreskan tinta dengan lirih suara hatiku untuk langit ke tujuh.
Ingin raga memeluk pak mentri
Atau sekedar merapikan miringnya dasi
Walau tidak ngopi ngopi
Tapi semua hanya ilusi
Di kolong jembatan jutaan nyawa mau mati
Kurang gizi
Tolonglah pak mentri
Ahh..ada security
Di trotoar senandung pengamen bernyanyi
Namun pak mentri suka komedi
Kucing kucingan dengan polisi
Di atas pundak para kuli
Mereka berebut panasnya kursi
Awas pak jeruji besi
Puas dengan luapan hatiku kepada alam ku
rebahkan tubuhku di atas kasur randu mengharap pijar lebih jingga daripada
sebelumnya....
(OLEH: ARGA RAMADHAN SETYO NUGROHO)
0 komentar:
Posting Komentar