BELAJAR, BERJUANG, BERTAQWA

Jumat

RESOLUSI JIHAD NU : SEJARAH YANG TERLUPAKAN

“JAS MERAH – Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah” dan “ Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang menghargai jasa-jasa Pahlawannya”.Begitulah kata-kata yang diucapkan Sang Proklamator Ir.Soekarno (Bung Karno).Dan masihkah kata-kata itu teringat dan diresapi Maknanya ,atau hanya sebuah kata yang mampu membangkitkan semangat para penerus bangsa ini dimasa lampau.

Sejarah menjadi bagian yang  tak terpisakhkan dari sebuah bangsa ini ,tanpa sejarah tidak akan berdiri bangsa ini,dan tanpa sejarah pula mustahil apabila sebuah bangsa mampu berdiri menjadi sebuah bangsa yang tangguh.
                Dijatuhkannya bom atom ke Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945 tidak menjadikan Jepang larut dalam Sejarah kelam,tapi menjadikan sejarah kelam tersebut sebagai kekuatan untuk bangkit dan menjadikan Jepang sebagai Negara maju dengan tanpa meninggalkan nilai sejarahnya.

Tak ubahnya dengan Jepang,Indonesia yang mempunyai sejarah kelam dalam mencapai kemerdekaanya juga mempunyai catatan-catatan yang tak bisa dihapuskan ,dan tak mungkin bisa dilupakan.

Pembakaran Kota Bandung oleh TRI dan Rakyat setempat akibat penolakan mereka terhadap pasukan Inggris yang menduduki Bandung sebagai markasnya memaksa Rakyat Bandung untuk membumihanguskan Kota Bandung hingga peristiwa yang terjadi pada 24 Maret 1946 dikenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api.

Pertrempuran Arek-Arek Surabaya pada 10 November 1945,yang tidak mau Indonesia direbut kembali oleh Inggris setelah memproklamasikan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945,hingga peristiwa pertempuran itu dikenal hingga kini sebagai Hari Pahlawan.

Namun,ada sejarah yang terlupakan dari peristiwa pertempuran 10 November,yang setiap tahun kita peringati sebagai Hari Pahlawan,tak bisa dipungkiri dibalik pertempuran  itu ,pertempuran yang menelan banyak jiwa,pertempuran yang mengobarkan semangat pemuda itu,pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan RI,terdapat campur tangan para tokoh-tokoh NU yang dengan semangat  Nasionalismenya bersatu untuk mempertahankan Kemerdekaan Bangsa ini,para Ulama menggerakan para pemuda dan para santri hingga membuat kobaran semangat mereka berjuang ,”Jihad Fii Sabilillah” untuk mempartahankan kemerdekaan Bangsa ini hingga peristiwa itu dikenang sebagai “Resolusi Jihad NU “hingga tak heran dikemudian hari terdapat ungkapan “TIDAK ADA NU TIDAK ADA NKRI”.

Bangsa Indonesia yang sudah memproklamasikan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945 dan mendapat sembutan gembira dari seluruh Rakyat di penjuru Tanah Air nampaknya tidah bertahan lama sebab pada tanggal 29 September 1945 tentera Inggris Mendarat di Jakarta dengan diboncengi oleh Orang-orang Belanda dengan nama Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Tentera Inggris tidak mau melihat kenyataan Indonesia sudah mampu memimpin sendiri bangsanya awal kedatangan Inggris sebenarnya ingin melucuti dan memulangkan tentara Jepang,namun kemudian ditambah dengan maksud mengembalikan penjajahan Belanda di Indonesia.

Dan kabar bakal mendaratnya sekutu yang diboncengi NICA makin keras terdengar ditengah penduduk Surabaya ,melihat situasi yang semakin mencekam dan atas dasar pertimbangan dari berbagai kalangan PBNU mengundang Konsul-konsul di seluruh Jawa dan Madura agar hadir pada 21-22 Oktober 1945 di Surabaya.

Malam hari pda tanggal tanggal 22 Oktober 1945 Rais Akbar PBNU Hadratus Syaikh KH.Hasyim Asy’ari menyampaikan amanat berupa pokok-pokok kaidah tentang kewajiban umat muslim baik laki-laki maupun wanita,tua maupun muda untuk berjihad mempertahankan tanah air dan bangsanya. Keputusan sidang yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Chasbullah tersebut memnyimpulkan satu keputusan yang diberi nama “RESOLUSI JIHAD NU”,isi keputusan tersebut :
“Berperang melawan penjajah untuk mempertahankan tanah air itu hukumnya Fardhu ‘Ain (Wajib dilakukan oleh setiap muslim baik laki-laki,perempuan.anak-anak baik membawa senjata atau tidak)bagi yang berada pada di dalam jarak 94 Km (Jarak dimana seseorang diperbolehkan Menjamak dan MengQashar shalat) dari temnpat musuh,dan yang berada di luar jarak 94 Km maka hukumnya Fardhu Kifayah (Cukup dikerjakan sebagian orang),dan apabila orang orang yang berada di dalam jarak 94 km gugur maka kewajiban orang-orang yang berada di luar jarak 94 km berkewajiban membantu hingga musuh kalah”

Seruan Jihad Fisabilillah yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945 oleh PBNU serontak membuat semangat arek arek Surabaya terbakar semangat untuk berjuang mempertahankan kemerdekannya,semua warga bersiap untuk menghadapi serangan Inggris,tak terkecuali para Kiyai yang tergabung dalam barisan Sabilillah dan para pemuda beserta santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah turut pula bertempur mempertahankan kemerdekaan RI.

Seruan jihad yang dikeluarkan PBNU kala itu benar-benar membuat rakyat Surabaya terbakar semangat juang yang luar biasa,terlebih poesona Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari kala itu memang sangat memukau rakyat Surabaya,dengan berdirinya Nahdlatul Ulama dan dalam waktu yang sangat singkat sudah bisa menghimpun banyak pengikut tak terkecuali rakyat Jawa Timur khususnya Surabaya.Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa semua rakyat sudah menyatakan untuk merdeka dan mereka tidak mau lagi untuk dijajah sekalipun oleh Inggris,Jepang,apalagi oleh Belanda.

Kenangan pahit atas penjajahan bangsa-bangsa Eropa seperti Belanda dan Inggris dan Penguasa Asia kala itu (Jepang() menjadi salah satu factor penyebab kemarahan rakyat yang sudah tidak mau lagi untuk dijajah dan memilih pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan.

Seruan Jihad Fii Sabilillkah yang dikeluarkan oleh PBNU agaknya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap rakyat Surabaya kala itu yang tidak mau lagi dijajah hingga mereka mempunyai semangat “kalau tidak mau bertempur ya dijajah,kalau dijajah berarti ya harus mernjadi budak orang di negerio sendirai” hingga Jihad menjadi salah satu pilihan Rakyat Surabaya kala itu,dan terlebih Masyarakat Muslim Surabaya yang sudah banyak menjadi pengikut Nahdlatul Ulama mempunyai keyakinan bahwa meninggal dengan niat untuk mempertahankan Bangsanya (Jihad) nantinya akan mendapat balasan Surga dari Allah SWT.

25 Oktober 1945,tentera Inggris mulai memasuki Surabaya dan membuat situasi semakin mencekan ,Bung Tomo melihat serangan yang dilancarkan pihak musuh sangat kuat dan membuat para pejuang banyak yang gugur dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan RI.Sebelumnya Ultimatum-ultimatum yang disebarkan pihak inggris yang memaksa rakyat untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka selain membuat rakyat Surabaya menjadi takut untuk menghadapi musuh juga membuat Rakyat yang bersiap mati untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan menjadi marah.Sadar akan tindakan Inggris yang telah banyak membuat nyali pejuang menjadi ciut Bung Tomo menemui KH.Hasyim Asy’ari di Pondok Pewsantren Tebuireng untuk meminta Nasehat dari tokoh yang menjdai panutan Rakyat Surabaya dan khususnya bagi pengikut Nahdlatul Ulama,dan dari pertemuanya langsung dengan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari bung tomo diminta untuk berpidato untuk menggetarkan semangat arek-arek Surabaya yang telah terintimidasi oleh ultimatum-ultimatum pihak Inggris.

Pesan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari kepada Bung Tomo untuk mengawali dan mengakhiri pidatonnya dengan kalimat takbir Allahu Akbar!  Allahu Akbar! Allahu Akbar! kala itu pidato Bung Tomo benar-benar mampu membakar semangat arek-arek Surabaya yang sudah kehilangan nyalinya untuk bertempur tak terkecuali para santri yang tegabung dalam Laskar Hizbullah juga para pemuda Surabaya yang mulai banyak bergabung dengan barisan Laskar Hizbullah yang tak segan menyerahkan nyawanya demi mempertahankan kemerdekaan RI yang sudah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Pidato Bung Tomo yang menggugah semangat para pejuang untuk bertempur mempertahankan kemerdekaan RI menimbulkan efek yang luar biasa untuk para Pejuang,Tak terkecuali seruan Jihad Fii Sabilillah kemudian memicu Perang Massa (Tawuran Massal)yang terjadi pada tanggal 27,28,29 Oktober 1945.

Saat Arek-arek Surabaya yang dibakar semangat Jihad meyerang Brigade pasukan yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothem Mallaby,yang mengakibatkan tewasnya 2000 pasukan Inggris dan tak terkecuali tewasnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby karena serangan Granat.

Perang Massa ( Tawuran Massal )tanpa komando yang terjadi selama tiga hari dan mengakibatkan tewasnya Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby menimbulkan kemarahan Inggris dan puncaknya terjadi pada 10 November 1945  yang setiap tahun diperingati sebagai HARI PAHLAWAN.

Pada pertempuran yang terjadi tanggal 10 November itu semua rakyat Surabaya Laki-laki permpuan,dan pemuda bertempur mati-matian untuk membela tanah air tercinta,mengingat seruan Jihad Fii Sabilillah yang deserukan oleh PBNU kala itu mempunyai pengaruh yang amat sangat besar terhadap rakyat Surabaya yang sudah banyak menjdai pengikut Nahdlatul Ulama.

Surabaya hari itu benar-benar menjadi medan pertempuran yang sangat dahsyat,pertempuran terjadi dimana-mana banyak rakyat yang gugur dalam pertempuran hari itu,namun banyaknya rakyat yang gugur kala itu tidak membuat rakyat yang masih bisa bertahan untuk berjuang membela Tanah Air surut semangatnya,mereka justru lebih semangat lagi karena para pejuang yakin darah yang bercucuran karena perang kelak di surge akan menjadi harum yang teramat sangat,dan juga nyawa yang melayang akibat perang kejak akan menjadi penghuni Surga.

Pertempuran 10 November itu benar-benar ,membuat pihak lawan tak biasa berkutik menghadapi serangan rakyat Surabaya,dan alhasil pertempuran itu benar-benar bisa membuat lawan untuk mundur dan menenghilangkan angan-angan untuk kembali menjajah Indonesia.

Suksesi pertempuran 10 November tidak lepas dari para ulama NU yang menyerukan seruan Jihad Fii Sabilillah yang terkenal dengan sebutan “RESOLUSI JIHAD NU” dan juga tak lepas dari pesona KH Hasyim Asy;ari yang kala itu menjadi panutan rakyat Surabaya yang sudah tergabung dalam Jamiyah Nahdlatul Ulama

Bisa dikatakan pertempuran 10 November kala itu dipelopori oleh para Ulama NU khususnya KH HasyimAsy’ari,tanpa putusan beliau bersama para kiyai dari Konsul Jawa sdan Madura tidak akan ada Resolusi Jihad Nu,dan tanpa Resolusi Jihad NU tidak aka nada pertempuran yang dahsyat pada 10 November.

Sayangnya fakta sejarah tentang Resolusi Jihad  NU kini seolah terelupakan entah disengaja atau tidak kini pemuda Indonesia hanya mengetahui peringatan 10 November sebagai Hari pahlawan,tanpa mengetahui peristiwa dibalik suksesi pertempuran 10 November itu ada peristiwa yang patut dijadikan pelajaran tentang Jiwa Nasionalisme Ulama dan warga NU,serta semangat arek-arek Surabaya dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan NKRI

Adakah generasi sekarang mampu mengangkat perisrtiwa 22 Oktober 1945,hingga diakui oleh pemerintah sebagai Hari RESOLUSI JIHAD NU,ataukah 22 0ktober 1945 hanya akan menjadi kenangan manis warga NU karena peristiwa pergerakan itu dipelopori oleh Ulama NU,dan ataukan 22 0ktober 1945 akan hilang Nilai sejarhnya seiring dengan berjalanya waktu.


Oleh : Muhammad Imam Farouq

0 komentar:

Posting Komentar