BELAJAR, BERJUANG, BERTAQWA

Rabu

INDAH LESUNG PIPIMU DI BAWAH LAMPION BIRU

INDAH LESUNG PIPIMU DI BAWAH LAMPION BIRU

Harmonica itu mengalunkan sebuah lagu tentang sebuah asmara,di sajikan akustik oleh pengamen tua di tengahramainya pesta musical dream kota winna musim gugur ini.Aku terpikat oleh lagu pengamen tua itu, menerobos relung di dada, merobek lubuk hati teringat saat asmara bertaburan di dalam jiwa seakan mengajak bermelodi “always somewhere miss you where i’ve been i’ll be back to love you again” aku tersipu dan sangat merindu teringat saat berpisah dengan Maria lee tiga tahun lalu di bawah lampion biru.Cinta pertamaku gadis cina keturunan austria yang kini berpisah karena harus menuntut study di Putih langsat kulitnya,mancung hidungnya di hiasi sipit mata menggoda tersaji indah nan anggun namun, kini aku tahu hanya selembar foto di tanganku yang tersenyum memamerkan lesungnya yang membuat dada begitu kangen.”Hilden..apa kau masih memikirkan gadis cina itu..??”

“aku rasa begitu?? sudah saatnya ku cari ,,aku masih mencintainya”

“ ibu tau nak asmara begitu berkobar di hatimu,tapi gadis teman temanmu banyak yang suka

padamu kau ahli biola,tenang, smart, ada yang kurangkah,,??”

“ ibu..cinta bukan soal bentuk fisik rupa dan gaya tapi cinta adalah semayamnya rasa yang sulit

untuk di logika bu,,??”

“ jika begitu bagus semoga sukses ibu hanya bisa berdo’a selamat malam selesaikan tesismu”

Sambil mengecup dahi hilden ibu meninggalkan kamar dengan sedikit tersenyum ,Hilden sadar bulan depan universitasnya akan tampil pentas di amsterdam park satu kesempatan dalam dirinya untuk bisa mencari Maria lee.

Hari demi hari di lalui Hilden dengan berlatih menggesek senar biola se fasih mungkin menyesuaikan komposisi dengan teman temanya misi menjadi juara bertahan bagi universitasnya adalah doktrin yang wajib di tanamkan dalam hati masing masing personil, bumbunya pun tidak cenanangan prof Dr wilmarr ernest goering.phd , guru besar musik di Winna yang sudah meroket reputasinya.

Hari yang di nantikan telah tiba lima menit lagi pesawat yang di tunggangi Hilden dan teman temanya akan meninggalkan Winna International airpot menuju Amsterdam, mereka tampak optimis penuh canda,namun Hilden sembari tadi hanya bungkam duduk di dekat jendela pesawat kupingnya di jejali headset,dan cup tora bika mocca di tangan kananya,sesekali ia menengok ke arah jendela namun yang terlihat selalu saja lesung Marria Lee yang misterius itu, ingin Hilden mengajak bercanda tawa tapi apa daya semua ilusi semata.Maat Ogya sebangku dengan Hilden sangat jahil Ogya tahu persis rekannya di mabuk rindu “Hilden kau tahu kita akan menggetarkan daratan Amsterdam malam nanti di panggung holoskop,..???”

cocok sekali Ogya tapi tahukah kau apa yang lebih mengguncang hati temanmu ini......?”

“sesosok senyum berlesung yang menggetarkan hatiku yang berpusat di Amsterdam negeri lampion

“haha .. semoga kau bisa meredam gelombang asmara itu Hilden temukan dia dan katakan kau siap
 menafkahinya..”

“thanks brother..”.

Sesampai di Amsterdam team kami langsung di jemput menuju tempat peristirahatan,di hotel DISTRICK WILLHEM, sembari beristirahat semua personel di beri wejangan terakhir berupa motivasi yang sangat menyentuh dari guru besar mereka Dr .Wilmar akrabnya begitu.” Ribuan jam kita berlatih,suka duka dan perselisihan menjadikan kita tahu apa itu saudara, badai petir bergantian mengguncang kita,air mata telah bertetesan di medan latihan, semua bergantung kepada kalian ....ingat....??? musuh sesungguhnya ada di depan sana, taklukanlah harimau yang ada di dalam jiwa kalian ,kehormatan negara berada di tangan kalian para pemuda perbarui niat kalian,berjuang pantang menyerah. Persembahkanlah yang terbaik agar tinta emas sejarah mencatat kita.Percayalah Dewi Fortuna masih di pihak kita.. Semua tertegun terharu ,Hilden dan teman temanya terhipnotis ia dan kawan kawanya sadar pukul delapan malam nanti adalah penampilan yang penting di saksikan petinggi negara se Eropa,pejabat,dewan petinggi PBB,pengusaha,guru, sipil,penyair,artis kelas atas dan mungkin pedagang martabak imigran pun akan hadir bila memungkinkan.Harapan hilden hanya satu,minimal Marria Lee menonton dirinya entah di tv atau di gedung holoskop syukur bisa bertatap wajah dan mengatakan “I’LL BE BACK TO LOVE YOU AGAIN”.

Rapih kemeja putih,bergelantung dasi kupu kupu di selimuti jas hitam pekat, rambut di sisir rapi,sepatu hitam di kenakan serasi para personel laki laki,namun personel perempuan tak mau kalah soal penampilan,sepatu jinjit khas sekretaris kantor di buai baju blus rok pendek plus ketat hingga batas yang di izinkan,rambut yang di cat coklat muda terurai mengombak,make up super menor artis hollywod pun jelas di prioritaskan dan hasil akhirnya pastilah menawan bagai bidadari. Giliran yang di tunggu telah tiba, ribuan penonton sudah tak sabar ingin di manja musisi dari Winna ,saat sirine panggung nan megah di bunyikan satu persatu personel memasuki panggung dan salam hormat kepada penonton,Pandangan Hilden menyapu ribuan penonton tak tahu apakah Marria Lee melihatnya?? intinya ia harus menggenggam biolanya dan melunaskan penampilanya selama setengah jam itu,sorak sorai mulai tenang musik mulai teriring halus mengalun,Hilden sangat menikmati permainanya entah Marria melihatnya atau tidak atau mungkin sudah mati,,dan pada puncaknya lagu terakhir Hilden memainkan biola dengan sangat menyentuh dan dominan dari teman temanya lagu ‘when love kills love” lagu yang cocok di berikan untuk dirinya,kisahnya sama bersatu dalam jiwanya yang terbang tak karuan tanpa batas di gempur derunya senyuman Marria Lee di bawah Lampion Setengah jam sudah Hilden dan teman temanya tampil nyaris tidak ada kesalahan atau kefalsan,seperti bass yang menggaung,biola yang tercekik,atau gitar yang cempreng, semua berkomposer indah histeria penonton melempar bunga bunga kepuasan atas wejangan grupnya menjadi nilai tambah sendiri di depan tamu tamu agung.

Teman teman Hilden sangat gembira ucapan selamat berkucuran di sana sini apresiasi tertinggi di berikan oleh tamu agung kepada prof.Dr wilmarr ernes goering.phd.Tapi itu semua tidak berlaku bagi Hilden ,Hilden berlari keluar meninggalkan gedung Holoskop orchestra,dan terus berlari sepanjang trotoar .Remuk hatinya hancur sekian banyak yang memberi ucapan selamat tak ada satupun wajah Marria Lee.Ia rebahkan tubuhnya di bangku taman di bawah lampu bohlam Amsterdam hampir satu jam ia menangis memeluk foto Maria yang ia saku di jas itu.Hilden sadar ia tak akan bertemu dengan Marria,ia memutusskan pulang ke peristirahatanya,sepanjang jalan ia berjalan menunduk gelisah tergopoh gopoh di perempatan jalan ia terhenti..Masih menunduk yang di lihatnya kaki perempuan jenjang Hilden mengangkat muka perlahat,seakan tak percaya Marria Lee gadis yang imut itu tersenyum dengan lesung pipinya yang menggoda “ aku melihatmu di holoskop orchestra,aku mencarimu di hotel ,kata teman teman kau lari entah ke mana?? Hilden aku masih setia kepadamu maukah kau memelukku...???”.wajah hilden berbalik 360 derajat dari pucat berbali kberbunga bunga Ia peluk Marria Lee dengan tulus seakan membisik tak akan mengizinkanya pergi dan ingin sekali menyandingnya di atas rembulan di buai Lampion Biru......

(OLEH:ARGA RAMADHAN SETYO NUGROHO)

0 komentar:

Posting Komentar